Minggu, 28 April 2024

Kajian Wulangreh (38): Adol Sanggup Minta Pisungsung

 Pada (bait) ke-38, Pupuh ke-3 Gambuh, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:

Amrih pareke iku,
yen wus kanggep nuli gawe umuk.
Pan wong akeh sayektine padha wedi.
Tan wurung tanpa pisungsung,
adol sanggup sakehing wong.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Supaya dekat itu,
jika sudah terpakai kemudian membual.
Hingga membuat orang banyak menjadi takut.
Sehingga ia menerima upeti,
dari hasil menyanggupi banyak orang.

Kajian per kata:

Amrih (bermaksud supaya) pareke (dekat) iku (itu), yen (kalau) wus (sudah) kanggep (dianggap, diterima, dipakai sebagai kepercayaan) nuli (kemudian) gawe umuk (membual). Supaya dekat itu, jika sudah terpakai kemudian membual.

Bait ini menyoroti perilaku para penjilat yang suka memuji-muji. Kalau dalam bait yang lalu dianjurkan agar waspada terhadap para penjilat itu karena mereka hanya memuji untuk kepentingan diri mereka sendiri, maka dalam bait ini dijelaskan bahwa para penjilat itu bisa bertindak lebih jauh lagi, dengan akibat yang lebih mengerikan.

Mereka memuji-muji untuk mengambil hati si majikan, agar menjadi dekat dan dianggap sebagai teman setia, dianggap sebagai pengikut atau pendukung yang loyal. Jika yang dikehendaki sudah tercapai, dia dianggap sebagai orang kepercayaan, segera saja ia berbuat ulah. Membual ke sana ke mari, membuat kasak-kusuk demi kepentingan diri sendiri dengan menjual nama sang majikan.

Pan (hingga) wong (orang) akeh (banyak) sayektine (sebenarnya) padha (sama-sama) wedi (takut). Hingga membuat orang banyak menjadi takut.

Akibat tingkah polahnya yang mengatasnamakan majikannya orang-orang kemudian merasa takut atau segan. Jika misalnya sang majikan seorang penguasa maka leluasalah ia menjual kedekatannya untuk merauh keuntungan. Misalnya dengan menjanjikan dapat menaikkan pangkat kepada orang-orang asal mau membayar padanya, menjanjikan dapat proyek besar asalkan mau berbagi keuntungan, dll.

Tan (tak) wurung (urung) tanpa (menerima) pisungsung (upeti),  adol (menjual) sanggup (kesanggupan) sakehing (banyak) wong (orang). Sehingga ia menerima upeti, dari hasil menyanggupi banyak orang.

Akibat manuvernya yang massif itu, upeti pun berdatangan. Banyak orang percaya kepadanya sehingga nitip pamrih ini dan itu. Dia pun menyanggupi dengan menarik imbalan yang besar. Ini berbahaya sekali, ibarat musuh dalam selimut. Karena sang majikan boleh jadi tak menghendaki praktek demikian, tetapi dia menghianati kepercayaan dengan menjual nama baik majikannya untuk kepentingan diri sendiri.

Perilaku para penjilat di sekitar orang-orang besar ini masih sering kita temui di jaman sekarang ini, dua ratus tahun setelah serat ini digubah. Oleh karena itu, sekali lagi waspadalah terhadap para pemuji yang memuji secara tak wajar. Akan lebih baik jika hidup kita tak menggantungkan pada penilaian orang lain. Itu tanda kelemahan jiwa, berkurangnya keikhlasan dan minimnya budya tulus.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/15/kajian-wulangreh-38-adol-sanggup-minta-pisungsung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS