Sabtu, 06 April 2024

Kajian Wulangreh (10): Aja Asukan-Sukan

Pada (bait) ke-10, Pupuh ke-2 Kinanthi, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:

Dadiya lakunireku,
cegah dhahar lawan guling.
Lan aja kasukan-sukan,
anganggoa sawatawis.
Ala watake wong suka,
suda prayitnaning batin.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Jadikanlah amalanmu seperti  itu,
kurangi makan dan tidur.
Jangan gemar berpesta pora,
berpakaianlah sekedarnya.
Buruk tabiat orang yang gemar berpesta pora,
berkurangnya kepekaan batin.

  

Kajian per kata:

Dadiya (jadikanlah) lakunireku (amalanmu seperti itu), cegah (mengurangi, menahan) dhahar (makan) lawan (dan) guling (tidur). Jadikanlah amalanmu seperti  itu, kurangi makan dan tidur.

Jadikan amalan itu sebagai amalanmu sehari-hari, yakni menahan atau mengurangi makan dan tidur. karena banyak makan dan tidur tanda lemahnya kehendak, tanda tunduknya pada keinginan. Orang yang mampu menahan lapar adalah orang yang pengendalian dirinya sudah paripurna. Apalagi ketika semua makanan tersedia untuknya. Yang biasa terjadi adalah ngebo, makan sepuas-puasnya, tak henti-henti seperti kerbau.

Banyak tidur juga menjadi tanda lemahnya tekad. Sedikit-sedikit tidur membuat lemahnya badan, loyo dan kurang semangat bekerja keras. Sedikit tidur justru menjadikan hidup produktif karena banyak waktu untuk berkarya.

Lan (dan) aja (jangan) kasukansukan (bersuka-suka, pesta pora), anganggoa (berpakaianlah) sawatawis (sekedarnya). Jangan gemar berpesta pora, berpakaianlah sekedarnya.

Yang tak kalah penting adalah jangan mempunyai kesenangan yang memabukkan. Kata kasukan-sukan mengingatkan pada kegemaran Patih Sengkuni akan main dadu. Seperti kalimat: Patih Harya Suman sanget anggenira nguja kasukan main dhadhu, Patih Harya Suman (Sengkuni) sangat mengumbar kesukaan main dhadhu. Kasukan di sini bermakna hobi yang menjadi candu seperti yang diidap Patih Sengkuni, kemana-mana membawa dadu dan membujuk setiap orang main dadu.

Kasukan-sukan pada kalimat di atas bisa berarti hobi bersuka-ria, berpesta pora, dugem, ngedance atau hura-hura. Ini tidak baik. Selain itu juga berpakaianlah sekedarnya. Jangan berlebihan dan menarik perhatian. Berpakaian nyeleneh dan tidak umum juga tidak seyogyanya dilakukan, dengan alasan apapun. Karena yang demikian itu tidak elok dan mengundang kontroversi. Jadi soal pakaian kenakan sepantasnya saja, tak lebih atau kurang.

Ala (buruk) watake (tabiat) wong (orang) suka (bersuka), suda (berkurang) prayitnaning (kepekaan) batin (batin). Buruk tabiat orang yang gemar berpesta pora, berkurangnya kepekaan batin.

Orang yang gemar bersuka-ria biasanya bertabiat buruk. Selain karena fisiknya melemah, lalai akibat memperturutkan keinginan hati (hardaning kayun) juga membuat kepekaan batin melemah. Hal ini karena hati nurani tertutup oleh nafsu, sehingga gagal menangkap isyarat-isyarat, tanda-tanda, ayat-ayat yang nampak di depan mata. Maka jangan jadikan hal-hal tersebut sebagai perilaku sehari-hari.

Bait ini mengajarkan apa yang seharusnya menjadi watak kita sehari-hari, menjadi amalan rutin dan kontinyu, yakni: mengurangi makan dan tidur, menjauhi pesta pora dan sekedarnya dalam berpenampilan. Insya Allah jika kita berhasil menjadikan tiga hal tersebut sebagai akhlak kita maka kepekaan batin akan meningkat.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/05/kajian-wulangreh-10-aja-asukan-sukan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS