Pada (bait) ke-23, Pupuh ke-2 Kinanthi, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Sikakna den kaya asu,
yen wong kang mangkono ugi.
Dahwen open nora layak,
yen sira sandhinga linggih.
Nora wurung katularan,
becik singkirana ugi.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Usirlah seperi kau menghalau anjin,
jika kau temui juga orang seperti itu.
Yang suka mencerca tak patut kau dekati,
sekedar untuk menemaninya duduk.
Tak urung akan ketularan,
lebih baik hindarilah juga.
Kajian per kata:
Sikakna (usirlah) den kaya (sebagaimana) asu (anjing), yen (jika) wong (orang) kang (yang) mangkono (seperti itu) ugi (juga). Usirlah seperi kau menghalau anjing, jika kau temui juga orang seperti itu.
Al Ghazali dalam bagian kitab Ihya Ulumuddin membahas panjang lebar tentang bahaya lidah, maksudnya betapa bahayanya perkataan orang yang tidak terkontrol. Ada banyak potensi untuk menjadi fitnah luar biasa. Di jaman sekarang pun sifat manusia tidak berubah. Oleh karena itu penting bagi kita berhati-hati terhadap fitnah dari sebuah perkataan.
Bait ini masih berhubungan dengan bait sebelumnya tentang orang yang kakehan umuk, ngalor ngidul nunjang-nunjang, menabrak etika dan paugeran dalam bermasyarakat. Jika ada menjumpai orang seperti itu, penggubah serat ini sangat keras anjurannya. Hendaklah dijauhi seperti kita menjauhi anjing. Paku Buwana IV adalah raja pinandita yang cukup tekun menjalani syariat, meski manhaj beliau agak-agak kejwen tetapi beliau amat disiplin. Tamsil anjing dalam gatra ini menunjukkan rasa jijik yang amat terhadap perilaku mengumbar mulut sembarngan tadi. Maka hendaklah dijauhi sejauh-jauhnya.
Dahwen (suka mencerca) open (suka memungut) nora (tidak) layak (layak), yen (kalau) sira (kau) sandhinga (bersanding, menemani) linggih (duduk).
Di sini ada dua kata yang sering digabung, dahwen open. Sebenarnya ada satu kata lagi yang sering mencul seiring, yakni panasten. Kata terakhir sudah muncul di bait sebelumnya. Kata-kata tersebut merujuk pada perilaku yang tak elok berkaitan dengan lidah. Dahwen adalah suka mencerca orang lain, suka mengungkap kesalahan orang lain. Open adalah perilaku yang rajin memungut berita tak baik yang didengar.
Kata open ini bisa berkonotasi baik, yakni suka memungut barang bekas yang orang lain sudah tak mau. Tukang rosok adalah contohnya, mereka membersihkan barang yang sudah terbuang, membenahinya agar kembali berguna untuk dijual kembali. Namun dalam konteks ini open adalah sifat yang tidak baik, memungut berita yang sebenarnya kurang layak untuk diterima namun dia malah mempublikasikannya ke khalayak. Di jaman ini kata open sangat tepat dipakai untuk mereka yang suka menyebar berita hoax.
Nora (tak) wurung (urung) katularan (ketularan), becik (baik) singkirana (hindarilah) ugi (juga). Tak urung akan ketularan, lebih baik hindarilah juga.
Kata nora wurung (tak urung) menunjukkan sebuah proses, lama kelamaan akan tertular juga. Jadi secara tak sadar akan tertular. Hal ini sudah kita bahas secara panjang lebar dalam bait-bait sebelumnya. Lebih baik yang demikian itu hindarilah juga.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/13/kajian-wulangreh-23-sikakna-kaya-asu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar