Senin, 15 April 2024

Kajian Wulangreh (18,19): Taberi Jejagongan

Pada (bait) ke-18 dan bait ke-19, Pupuh ke-2 Kinanthi, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Dua bait ini masih kami satukan karena maknanya berurutan dan satu tema, berkaitan dengan penangkal agar sifat-sifat buruk  yang sering hinggap pada anak muda seperti diuraikan pada dua bait sebelumnya dapat dikurangi.

Selengkapnya bait ke-18 dan 19:

Cerita pan wus kalaku,
panggawe ala lan becik.
Tindak bener lawan ora,
kalebu jro cariteki.
Mulane aran carita,
kabeh-kabeh den kawruhi.

Mulane wong anom iku,
abecik ingkang taberi,
jejagongan lan wong tuwa,
ingkang sugih kojah ugi.
Kojah iku warna-warna,
ana ala ana becik.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Adapun cerita yang sudah terjadi,
adalah perbuatan baik dan buruk.
Tingkah laku benar dan tidak benar,
termasuk ke dalam jenis cerita.
Oleh karena itu disebu cerita,
seluruhnya harus kau ketahui.

Oleh karena itu,
sebagai pemuda seharusnya rajin,
berkomunikasi dan berembug dengan orang tua,
yang banyak bicara.
Bicara itu banyak macamnya,
ada yang baik, ada pula yang buruk.

 Kajian per kata:

Dalam uraian bait sebelumnya telah disinggung sedikit tentang tabiat anak muda yang jauh dari orang baik dan enggan mendengarkan cerita (pengalaman) mereka. Bait ini akan mengupas mengapa anak-anak muda sebaiknya melakukan hal itu.

Cerita (cerita, kisah) pan (yang) wus (sudah) kalaku (terjadi), panggawe (tentang perbuatan) ala (buruk) lan (dan) becik (baik). Adapun cerita yang sudah terjadi, adalah perbuatan baik dan buruk.

Berkumpul dengan orang-orang baik adalah obat dari berbagai penyakit akhlak, namun ada kalanya kita tak dapat memilih bergaul dengan orang-orang tertentu akibat lingkungan kita memang plural, terdiri dari berbagai macam orang dengan karakter berbeda-beda.

Para orang-orang tua yang kita temui pun demikian, tidak semuanya adalah orang baik sejak masa mudanya. Namun bedanya dari orang-orang tua kita dapat belajar banyak melalui cerita atau kisah-kisah yang mereka sampaikan. Oleh karena itu mendengarkan cerita dari para orang tua adalah salah satu bentuk pelajaran yang mesti kita perhatikan baik-baik.

Meski demikian kita harus mampu menyaring cerita-cerita itu karena tidak semua kisah-kisah mereka tentang kebaikan. Kita harus panda memilah mana yang perlu diikuti mana yang barus dibuang.

Tindak (tingkah, perilaku)  bener (yang benar) lawan (dan yang) ora (tidak benar), kalebu (termasuk) jro (dalam) cariteki (cerita itu). Tingkah laku benar dan tidak benar termasuk ke dalam jenis cerita itu.

Semua orang pasti mempunyai kesalahan betapapun kecilnya, maka kita perlu juga mendengarkan cerita mereka agar kesalahan mereka tidak kita ulang. Ada banyak kisah tentang kebaikan atau keburukan. Semuanya termasuk dalam pengalaman hidup seseorang.

Mulane (oleh karena itu) aran (disebut)  carita (cerita) , kabehkabeh (seluruhnya) den (harus di) kawruhi (ketahui). Oleh karena itu disebu cerita, seluruhnya harus diketahui.

Namanya juga pengalaman hidup, pasti ada baik dan buruknya. Maka semua harus kita ketahui agar kita dapat meneladani yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Mulane (oleh karena) wong (orang) anom (muda) iku (itu), abecik (sebaiknya) ingkang (yang) taberi (rajin, tekun), jejagongan (berkomunikasi) lan (dengan) wong (orang) tuwa (tua), ingkang (yang) sugih (kaya, maksudnya banyak) kojah (bicara, cerita) ugi (juga). Oleh karena itu, sebagai pemuda seharusnya rajin, berkomunikasi dan berembug dengan orang tua, yang banyak bicara.

Namun tidak semua orang tua berkenan berbagi cerita pengalamannya, maka anak muda harus rajin berkomunikasi kepada mereka. Harus tekun untuk menggali cerita dari orang-orang yang juga suka berbagi pengalaman. Jadi memang bergaul dengan orang tua itu perlu dan banyak manfaatnya, maka harus pandai mengambil hati agar mereka mau berbagi pengalaman.

Ada beberapa orang tua yang banyak bicaranya, mau berbagi cerita mereka. Kepada merekalah kita ngangsu kawruh tentang kehidupan. Bagaimanapun pengalaman itu mahal harganya. Jika orang lain telah mengalami dan berkenan berbagi dengan banyak cerita mereka, maka kita sungguh beruntung.

Kojah (bicara) iku (itu) warnawarna (bermacam-macam), ana (ada)  ala (yang buruk) ana (ada) becik (yang baik). Bicara itu banyak macamnya, ada yang baik, ada pula yang buruk.

Walaupun sebenarnya bicara mereka ada baik dan ada buruknya, tapi tak apalah. Tetap dengarkanlah! Tanamkan dalam ingatan kita. Kelak baik cerita tentang kebaikan atau tentang keburukan, semua itu ada gunanya.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/08/kajian-wulangreh-1819-taberi-jejagongan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS