Senin, 15 April 2024

Kajian Wulangreh (22): Tekon Setan Nunjang-Nunjang

Pada (bait) ke-22, Pupuh ke-2 Kinanthi, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Aja ana kang bisa tutur,
amunga ingsun pribadhi.
Aja ana kang memadha,
angrasa pinter pribadhi.
Iku setan nunjang-nunjang,
datan pantes den pareki.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Jangan ada orang yang pintar berbicara,
kecuali dirinya sendiri.
Dan jangan ada yang meyamai,
merasa paling pandai.
Itu adalah perilaku setan nabrak-nabrak,
tidak pantas kau dekati.

 

 Kajian per kata:

Aja (jangan) ana (ada) kang (yang) bisa (pintar) tutur (bicara), amunga (kecuali) ingsun (diriku) pribadhi (sendiri). Jangan ada orang yang pintar berbicara, kecuali dirinya sendiri.

Bait ini masih melanjutkan bahasan tentang hal-hal buruk dalam berbicara. Kali ini membicarakan tentang sifat-sifat buruk dalam hati orang-orang yang banyak bicara. Diantaranya adalah tidak mau kalah dalam berbicara dengan orang lain. Tidak suka bila orang lain lebih pintar bicara dari dirinya. Ungkapan ini mengadung pengertian dalam setiap perdebatan  ia tidak mau kalah, selalu ingin kelihatan pintar. Jangan sampai ada yang mengalahkannya.

Aja (jangan) ana (ada) kang (yang) memadha (menyamai), angrasa (merasa) pinter (pintar) pribadhi (sendiri).

Jangan ada yang menyamai kepandaiannya berbicara. Merasa paling pintar sendiri. jika kebetulan menduduki posisi penting dalam masyarakat orang seperti ini sangat berbahaya. Cenderung mengarah ke sikap otoriter jika sedang berkuasa, dan cenderung nyinyir ketika berada di posisi oposan. Bahkan jika berada di posisi paling lemah sekalipun, orang seperti ini akan cenderung bicara tak karuan, mengeluarkan ujaran kebencian. Tak ada pilihannya orang seperti ini, di mana pun tempatnya dan apa pun peran serta jabatannya.

Iku (itu) setan (perilaku setan) nunjangnunjang (menabrak-nabrak), datan (tidak) pantes (pantas) den (di) pareki ( kau dekati).

Karena yang demikian itu adalah perilaku setan yang suka menabrak-nabrak tata krama, suka melanggar etika, abai terhadap adab sopan santun dalam mengemukakan pendapat. Jika bertemu orang seperti ini hendaknya tak didekati, dijauhi saja sejauh-jauhnya. Tak perlu diberi panggung untuk tampil atau slot tayangan televisi. Wis pokoke cegahlah ia semampunya. Karena di dalam diri orang-orang seperti ini tak ada suri tauladan yang berguna bagi masyarakat.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/13/kajian-wulangreh-22-tekon-setan-nunjang-nunjang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS