Sabtu, 06 April 2024

Kajian Wulangreh (13): Sumingkir Saka Durjana

Pada (bait) ke-13, Pupuh ke-2 Kinanthi, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:

Yen wong anom pan wus tamtu,
manut marang kang ngadhepi.
Yen kang ngadhep akeh bangsat,
nora wurung bisa njuti.
Yen kang ngadhep keh durjana,
nora wurung bisa maling.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Jika masih muda kan sudah menjadi kebiasaan,
mengikuti pada apa yang di hadapannya.
Jika di lingkungan itu banyak penjahat,
Tak urung menjadi jahatlah ia.
Jika di lingkungannya banyak pencuri,
Tak urung bisa ikut  mencuri.

Kajian per kata:

Yen (jika) wong (orang)  anom (muda) pan (kan) wus (sudah) tamtu (pasti, biasanya), manut (mengikuti) marang (kepada) kang (yang) ngadhepi (di hadapannya). Jika masih muda kan sudah menjadi kebiasaan, mengikuti pada apa yang di hadapannya

Anak-anak muda memang masih belum menemukan jati dirinya. Kadang masih suka anut grubyuk, kesana kemari serba ikut, termasuk dalam hal-hal yang tidak baik. Oleh karena jiwanya masih labil terombang-ambing oleh berbagai paham dan aliran pemikiran. Kalau dekat dengan orang baik, dia akan terpengaruh menjadi baik, namun kalau dekat dengan orang jahat akan menjadi bahaya. Hal itu disebabkan oleh sifat ela-elunya itu.

Inilah pentingnya menghindarkan pergaulan anak-anak muda dari lingkungan jahat yang ada di sekitarnya. Karena seperti yang sudah diuraikan dalam bait yang lalu, sifat manusia menular lewat pertemanan.

Yen (kalau) kang (yang) ngadhep (dihadapi, di lingkungan) akeh (banyak) bangsat (penjahat), nora (tak) wurung (urung) bisa (bisa) njuti (jahat juga). Jika di lingkungan itu banyak penjahat, Tak urung menjadi jahatlah ia.

Kalau anak-anak muda ini bergaul di lingkungan yang banyak penjahat maka lambat laun akan menjadi jahatlah ia. Petama dia akan permisif terhadap kejahatan karena pelakunya adalah temannya sendiri, walau dalam hati kecil dia tidak setuju. Ini jelas melemahkan keyakinan. Seharusnya jika ada perbuatan jahat di depan mata maka dia harus mencegah, berhubung pelakunya teman dia enggan. Sedikit demi sedikit hatinya makin melemah dan akhirnya permisif terhadap kejahatan.

Yen (kalau) kang (yang) ngadhep (dihadapi, di lingkungan) keh (banyak) durjana (pencuri), nora (tak) wurung (urung) bisa (bisa) maling (mencuri juga). Jika di lingkungannya banyak pencuri, Tak urung bisa ikut  mencuri.

Jika di lingkungannya banyak pencuri, lambat laun akan tahu juga cara-cara mencuri dari percakapan teman-temannya waktu mencuri. Dia menjadi paham seluk-beluk tentang mencuri, menjadi tahu secara teori, menjadi paham kejiwaan para pencuri itu.

Kelak apabila terpentok keadaan, terjepit kesulitan hidup, bukan tidak mungkin timbul keinginan untuk mempraktekkan pengetahuan teoritisnya itu. Inilah yang dikhawatirkan terjadi jika anak-anak muda bergaul dengan orang-orang yang buruk perlakunya, jahat perbuatannya dan rendah akhlaknya.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/06/kajian-wulangreh-12-sumingkir-saka-durjana/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS