Pada (bait) ke-54 sampai 56, Pupuh ke-4 Pangkur, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Tiga bait ini sengaja kami satukan dalam satu kajian karena membahas satu tema yang antara bait-baitnya saling berkaitan. Pemisahan akan membuat maknanya terputus.
Aja lunyu lemer genjah,
angrong pasanakan nyumur gumuling,
ambuntut arit puniku,
watek datan raharja.
Pan wong lunyu nora pantes dipunenut,
monyar-manyir tan anteban.
dene lemeran puniku,
para penginan tegesnya.
genjah iku cak-cekan barang kardi.
Angrong pasanak liripun,
remen ulah murida,
mring rabine sadulur miwah ing batur,
mring sanak myang prasanakan,
sok senenga den ramuhi.
Nyumur gumuling linira,
ambelawah nora duwe wewadi,
nora kene rubung-rubung,
wewadine den umbar.
Mbuntut arit punika pracekanipun,
ambener ing pangarepan,
nanging nggarethel ing wuri.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Jangan lunyu, lemer, genjah,
angrong pasanakan, nyumur gumuling
dan mbuntut arit itu,
semua watak yang tidak membawa pada keselamatan.
Akan halnya orang yang lunyu itu tidaklah pantas untuk diikuti,
karena selalu berubah arah, tak ada kemantapan.
Adapun sifat lemer yaitu,
mudah tergiur dengan berbagai keinginan.
Genjah itu ingin cerba cepat dalam sembarang pekerjaan.
Angrong pasanak artinya,
suka berulah menyukai (menggoda),
istri saudara serta pada pembantu,
kepada saudara atau yang dianggap saudara,
apabila telah suka seringkali memperkosa.
Nyumur gumuling artinya,
terlihat jelas, tidak punya rahasia,
tak bisa sedikit saja ada keramaian,
tanpa mengumbar rahasianya.
Mbuntut arit adalah,
kelakuan yang kelihatan membenarkan (mendukung) di depan,
tetapi menggores di belakang.
Kajian per kata:
Aja (jangan) lunyu lemer genjah (bersikap lunyu lemer genjah), angrong pasanakan (sikap anggrong pasanakan) nyumur gumuling (sikap nyumur gumuling), ambuntut arit puniku, watek (watak) datan (tak membawa) raharja (keselamatan). Jangan lunyu, lemer, genjah, angrong pasanakan, nyumur gumuling dan mbuntut arit, itu semua watak yang tidak membawa pada keselamatan.
Bait ini memperkenalkan kita pada 6 watak buruk yang tidak akan membawa pada keselamatan, dengan demikian pastilah pelakunya akan terbawa pada kehancuran, yakni:
- Lunyu,
- Lemer,
- Genjah,
- Angrong pasanakan,
- Nyumur gumuling, dan
- Mbuntut arit.
Apakah arti dari 6 istilah tersebut? Marilah kita pelajari satu per satu.
Pan (akan halnya) wong (orang) lunyu (lunyu, licin) nora (tidak) pantes (pantas, tidak bisa) dipunenut (diikuti), monyar–manyir (selalu berubah arah) tan (tidak) anteban (kemantapan). Akan halnya orang yang lunyu itu tidaklah pantas untuk diikuti karena selalu berubah arah, tak ada kemantapan.
Lunyu artinya licin, sehingga mudah tergelincir, sulit menetap pasa posisinya. Dalam kazanah bahasa Indonesia ada peribahasa, seperti air di daun talas, yang artinya pendiriannya mudah berubah-ubah. Seperti itulah orang yang lunyu. Oleh karena itu orang lunyu tak dapat diikuti karena sikapnya selalu berubah arah, tidak mantap pada satu pendapat. Orang Jawa bilang, esuk dhele sore tempe, lain pendapat di pagi hari dan sore harinya.
Dene (adapun) lemeran (lemer) puniku (yaitu), para (banyak) penginan (keinginan) tegesnya (artinya). Adapun sifat lemer yaitu, mudah tergiur dengan berbagai keinginan.
Terlalu banyak keinginan dalam hati membuat hati gampang tergoda jika ada sesuatu yang menarik. Jika hati tak kuat iman bisa menjadi terpedaya. Sifat lemer umumnya dipakai untuk menyebut wanita yang suka berlaku ngiwa, alias mudah selingkuh.
Genjah (genjah) iku (itu) cak–cekan(serba cepat) barang (sembarang) kardi (pekerjaan). Genjah itu ingin cerba cepat dalam sembarang pekerjaan.
Genjah adalah sifat tidak sabaran dalam mengikuti proses, serba ingin hasil instan. Istilah Jawanya nggege mangsa, alias belum masanya tetapi sudah diharapkan selesai. Orang yang terkena penyakit moral jenis ini akan menempuh jalan instan dalam mencapai tujuannya, bila perlu dengan melanggar aturan.
Angrong pasanak (angrong pasanak) liripun (artinya), remen (suka) ulah (bertingkah) murida (menyukai) mring (terhadap) rabine (istri) sadulur (saudara) miwah (serta) ing (pada) batur (pembantu), mring (kepada) sanak (saudara) myang (dan) prasanakan (persaudaraan), sok (kalau) senenga (suka) den (di) ramuhi (dipaksa, perkosa). Angrong pasanak artinya suka berulah menyukai istri saudara serta pada pembantu, kepada saudara atau yang dianggap saudara, apabila telah suka seringkali memperkosa.
Ini adalah perilaku bejat tak terkira. Suka melirik-lirik istri saudara, pembantu atau tetangga serta teman dekat, apabila telah menyukai dan (tidak ditanggapi) maka melakukan pemaksaan, pemerkosaan. Bener-bener perbuatan keji yang menjijikkan.
Nyumur gumuling (sumur gumuling) linira (artinya), ambelawah (terlihat jelas) nora (tidak) duwe (punya) wewadi (rahasia), nora (tak) kena(boleh) rubung–rubung (berkerumun), wewadine (rahasianya) den (di) umbar (pertontonkan). Nyumur gumuling artinya terlihat jelas, tidak punya rahasia, tak bisa sedikit saja ada keramaian tanpa mengumbar rahasianya.
Secara harfiah sumur gumuling artinya sumur yang terguling sehingga isinya tumpah semua, ternganga apa yang ada di dalamnya kelihatan semua. Padahal ssebuah sumur biasanya gelap dan dalam, untuk melihatnya secara jelas pun tak bisa dilakukan.
Mbuntut arit (mbuntut arit) punika pracekanipun (kelakuan), ambener (membenarkan) ing (di) pangarepan (depan), nanging (tetapi) nggarethel (mengkait, menggores) ing (di) wuri (belakang). Mbuntut arit adalah kelakuan yang kelihatan membenarkan (mendukung) di depan, tetapi menggores di belakang.
Arit adalah piranti tajam yang ujungnya atau ekornya bengkok, bisa dipakai untuk mengkait ranting agar bisa putus. Kegunaan arit memang untuk memotong sesuatu terutama rerumputan dengan cara dikait. Alat ini sangat digemari oleh para peternak untuk mencari rumput karena enak dipakai. Varian dari arit adalah celurit, senjata sejenis yang dipakai saudara kita di Jawa Timur, bentuk kaitnya lebih panjang dan melengkung.
Orang yang kelihatan bersetuju di hadapan tetapi menjegal di belakang mirip dengan gambaran arit ini. Ambuntut arit adalah watak seperti arit, halus di depan mengkait di belakang.
Itulah gambaran 6 watak candhala (buruk) yang bisa hinggap pada siapa saja. Maka sekali lagi kewaspadaan harus menjadi senjata utama pada setiap waktu dan tempat. Kami cukupkan dahulu kajian tentang watak buruk ini. Saya sendiri pun ngeri dan merinding ketika menulis ini. Terbayang bagaimana kalau juga terjangkit penyakit moral seperti itu. Tanpa kusadari bulu kuduk merinding.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/20/kajian-wulangreh-5456-6-watak-tan-pantes/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar