Senin, 06 Mei 2024

Kajian Wulangreh (49): Watak Ala Kang Lumrah

 Pada (bait) ke-49, Pupuh ke-4 Pangkur, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:

Masa mengko mapan arang,
kang katemu ing basa kang basuki.
Ingkang lumrah wong puniku,
drengki srei lan dora.
Iren meren dahwen pinasten kumingsun.
Opene nora prasaja,
jail methakil bakiwit.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Di jaman sekarang memang jarang,
ditemukan orang yang menjaga bahasa agar (dirinya) selamat.
Yang lazim kita temui orang di jaman ini,
banyak yang berwatak dengki, usil dan bohong.
Suka iri dan gampang iri, suka nyinyir, temperamen, dan sombong.
Suka bergosip tidak apa adanya,
jahil, banyak tingkah dan pecundang.

  

Kajian per kata:

Masa (jaman) mengko (sekarang) mapan (memang) arang (jarang), kang (yang) katemu (bertemu) ing (dalam hal) basa (bahasa)kang (yang) basuki (selamat). Di jaman sekarang memang jarang ditemukan orang yang menjaga bahasa agar (dirinya) selamat.

Ini peringatan untuk generasi muda bahwa menemukan orang yang menjaga perkataannya itu sulit, padahal menjaga ucapan adalah demi keselamatan dirinya sendiri. ada pepatah melayu yang berbunyi, mulutmu harimaumu, apa yang kau katakan bisa menerkamu kelak. Inilah bahaya dari perkataan yang sembarangan.

Nasihat ini walau kedaluwarsa nampaknya masih layak kita pakai. Lebih-lebih di era demokrasi ini, jaman ketika orang bebas mengatakan apa saja. Perlu sebuah kedewasaan nalar dan terasahnya akal budi agar dapat selamat di jaman serba bebas ini. Salah-salah, jika kurang perhitungan dan pertimbangan dapat mendapat celaka.

 Ingkang (yang) lumrah (lazim) wong (orang) puniku (sekarang itu), drengki (berwatak dengki) srei (usil) lan (dan) dora (pembohong).   Yang lazim kita temui orang di jaman ini banyak yang berwatak dengki, usil dan bohong.

Drengki adalah watak: suka bila orang lain susah, susah bila orang lain suka. Srei adalah watak yang suka usil dengan kebaikan orang lain, serba tak suka melihat orang lain bahagia dan berusaha mengganggu. Dora adalah watak suka berbohong.

Iren (iri) meren (gampang iri) dahwen (suka mencampuri, nyinyir) pinasten (temperamental) kumingsun (sombong). Suka iri dan gampang iri, suka nyinyir, temperamen, dan sombong.

Iren (iri) adalah sifat ingin seperti orang lain, gampang terpesona dengan kebaikan orang lain dan ingin seperti itu. Meren adalah gampang iri. Dahwen adalah suka mencampuri (biasanya dengan kata-kata atau nyinir). Pinasten adalah watak gampang marah, temperamental. Kumingsun adalah watak sombong, serba mengedepankan ke-aku-an.

Opene (suka merawat gosip) nora (tak) prasaja (apa adanya), jail (jahil) methakil (banyak tingkah) bakiwit (pecundang). Suka bergosip tidak apa adanya, jahil, banyak tingkah dan pecundang.

Sifat open sudah kita bahas dalam bait terdahulu, yakni sifat orang yang suka merawat berita yang seharusnya dibuang, yang biasanya tentang aib seseorang. Kalau jaman sekarang adalah perilaku menggosip. Biasanya dalam bergosip suka ditambah-tambahi informasi lain yang tidak benar, atau baru isu saja. Ini namanya tidak prasaja, tidak apa adanya.

Jail (jahil) adalah sifat suka mengganggu orang lain. Methakil adalah banyak tingkah. Biasanya yang sering menjadi personifikasi sifat methakil ini dalah Buta Cakil, raksasa dalam pewayangan yang kalau bertemu ksatria bergaya sok jago, petentang-petenteng, berlagak, tetapi sesungguhnya kemampuannya tak seberapa.

Bakiwit menurut kamus T. Roorda adalah onderdoen, verliezen. Kata yang mendekati dalam bahasa Indonesia adalah pecundang, orang yang berbakat selalu kalah karena kurang gigih, semangat dalam berkompetisi.

Itulah daftar dari sifat buruk yang perlu kita ketahui. Sekali lagi agar diingat bahwa mengetahui agar memudahkan dalam menghindarinya, bukan malah menirunya.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/18/kajian-wulangreh-49-watak-ala-kang-lumrah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS