Pada (bait) ke-51, Pupuh ke-4 Pangkur, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:
Iku wong durjana murka,
nora nana mareme jroning ati.
Sabarang karepanipun,
nadyan wusa katekan,
karepane nora mari saya banjur.
Luwamah lawan amarah,
iku kang den tut wuri.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Orang seperti itu disebut penjahat serakah,
tidak pernah merasa puas dalam hatinya.
Semua keinginannya,
meskipun telah tercapai,
keinginannya tak mereda, (malah) makin menjadi-jadi.
Nafsu luwamah dan amarah,
itu yang diikuti.
Kajian per kata:
Iku (itulah) wong (orang) durjana (penjahat) murka (serakah), nora (tidak) nana (ada) mareme (rasa puas) jroning (dalam) ati (hati). Orang seperti itu (disebut) penjahat serakah, tidak pernah merasa puas dalam hati(nya).
Itulah orang durjana, yakni orang yang suka berbuat jahat. Dan kejahatannya kali ini adalah murka, (dibaca murko dalam ejaan Indonesia). Saya belum menemukan kata yang pas dalam bahasa Indonesia untuk terjemahan kata murka ini, kata yang paling dekat adalah serakah. Tetapi kata serakah pun ada dalam bahasa Jawa, yakni srakah, dan artinya agak-agak beda dengan murka.
Murka adalah watak selalu ingin lebih dari kebutuhannya. Jika makan satu piring pun sudah kenyang tetapi dia ingin dua piring, maka orang itu disebut murka. Jika satu anu (apa saja) sudah cukup baginya tetapi dia ingin dua, tiga atau empat anu (apa saja), maka itulah murka. Lain halnya kalau memang dia harus makan dua piring karena suatu sebab khusus, maka yang demikian itu tak disebut murka. Jadi yang menjadi pokok masalah adalah manakala dia masih ingin lagi ketika sebenarnya kebutuhannya telah tercukupi.
Kata murka biasanya dipakai untuk menyebut suatu keinginan yang berkaitan dengan kuantitas. Misalnya seseorang sebenarnya makan buah pepaya (-yang murah) pun sudah cukup, tetapi dia tidak mau dan memilih buah durian (-yang mahal), asal masih dalam kuantitas yang wajar tidak disebut murka.
Sabarang (semua) karepanipun (keinginannya), nadyan (walau) wusa (sudah) katekan (terpenuhi), karepane (keinginannya) nora (tidak pernah) mari (usai, berhenti) saya (makin) banjur (menjadi-jadi). Semua keinginannya, meskipun telah tercapai, keinginannya tak mereda, (malah) makin menjadi-jadi.
Keinginan manusia sebenarnya berbeda dengan kebutuhan. Tolok ukur kebutuhan adalah tercukupinya maksud dan tujuan suatu perbuatan. Misalnya makan, maksud dan tujuannya adalah supaya kenyang agar badan kuat. Sedangkan keinginan tolok ukurnya adalah kepuasan hati. Misalnya walau makan dengan tempe sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan makan, namun dia ingin makan dengan lauk ayam panggang. Setelah terpenuhi keinginannya, ia pun puas.
Lain halnya dengan orang yang murka, keinginannya tak pernah bisa terpenuhi. Jika dia ingin makan ayam panggang dan sudah mendapat yang dia inginkan keinginannya tak berhenti, dia ingin makan ayam panggang lagi, dua, tiga dan empat. Yang membuatnya berhenti adalah daya tampung waduknya (perut) yang sudah over kapasitas, alias kemlekeren.
Luwamah (tak pernah puas) lawan (dan) amarah (nafsu amarah), iku (itulah) kang (yang) den (di) tut wuri (ikuti). Nafsu luwamah dan amarah, itu yang diikutinya.
Luwamah (kadang disebut juga aluwamah) adalah nafsu yang tak pernah terpuasakan. Kata ini sebenarnya diambil dari kata Arab nafsi lawwamah yang artinya nafsu yang mampu menyesali diri. Dalam budaya Jawa kata ini kemudian berubah menjadi istilah aluwamah, nafsu yang tak pernah terpuaskan. Amarah yang dimaksud dalam gatra ini juga diambil dari kata bahasa Arab nafsal amarah bissu’, nafsu yang menyuruh pada kejahatan.
Kami tak hendak menguraikan menurut pengertian aslinya dalam bahasa Arab atau menurut Al Quran. Karena kata yang dipakai dalam gatra ini adalah kata yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Jawa. Dan maksud gatra ini adalah: luwamah adalah nafsu yang tak pernah terpuaskan, amarah adalah nafsu yang cenderung menyuruh kepada perbuatan jahat. Kedua nafsu itulah yang diikuti oleh orang murka.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/19/kajian-wulangreh-51-nafsu-luwamah-dan-amarah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar