Minggu, 21 Juli 2024

Kajian Wulangreh (69:71): Bekti Mring Sadulur lan Guru

 Pada (bait) ke-69 sampai 71, Pupuh ke-5 Maskumambang, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Katanipun sadulur tuwa puniki,
pan wajib sinembah,
gegentening bapa benjing,
mulane guru sinembah.

Kang atuduh sampurnanning urip,
tumekeng antaka.
Madhangken pethenging ati.
Anuduhaken marga mulya.

Wong duraka ing guru abot sayekti,
milane den padha,
mintaa sih ywa nganti,
suda kang dadi sihira.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Alasan yang menjadi sebab kepada saudara tua,
kita harus berbakti adalah,
karena mereka akan menjadi ganti dari orang tua kelak.
Sedangkan alasan mengapa terhadap guru kita harus berbakti adalah sebagai berikut.

 (Guru) yang memberi petunjuk sempurnanya hidup,
sampai menjelang ajal.
Membuat terang segala kegelapan hati.
Menunjukkan jalan kemuliaan.

Orang yang durhaka kepada guru sungguh sangat berat (kutukannya),
oleh karena itu,
mengharaplah kasih sayang padanya (dengan berbakti),
jangan sampi kasih sayangnya berkurang bagimu.

  

Kajian per kata:

Katanipun (Yang menjadi sebab) sadulur (saudara) tuwa (tua) puniki (ini), pan wajib (wajib) sinembah (diberi bakti), gegentening ( sebagai ganti) bapa (ayah) benjing (kelak). Alasan yang menjadi sebab saudara tua kita harus berbakti adalah karena mereka akan menjadi ganti dari orang tua kelak.

Konsep keluarga di Jawa khususnya dan pada masyarakat Indonesia umumnya adalah konsep keluarga besar. Ini tidak membatasi keluarga pada unit terkecil ayah-ibu dan anak. Di Jawa keluarga bisa melebar dari ayah ke kakak, paman, pakdhe, kakek sebagai penopang keberadaan keluarga tanpa ada suatu prasyarat atau kesepakatan apapun. Misalnya seseorang anak wajar saja jika diberi uang ataupun diurus oleh kakek, paman, pakdhe, atau kakak mereka. Meminta kepada mereka jika mereka terlihat mampu juga bukan hal yang aib. Malah bagi yang berkecukupan membantu ekonomi keluarga dekat adalah suatu kebaikan yang diutamakan.

Oleh karena pola hubungan keluarga yang demikian otomatis kakak tertua akan memikul tanggung jawab moral sebagai pengganti ayah-ibu ketika mereka telah tiada. Pengganti dalam hal kepengasuhan atau dalam hal bimbingan dan pengawasan kehidupan mereka. Menasihati dan mengingatkan sebagai sosok orang tua jika yang muda-muda salah jalan. Atau pun juga menjadi tempat mereka mengadu atau mencari pertimbangan. Itu semua akan terpikul pada pundak saudara tua. Maka bukan hal yang berlebihan jika kepada saudara tua kita juga harus berbakti.

Mulane (mengapa) guru (guru) sinembah (diberi bakti karena). Sedangkan alasan mengapa terhadap guru kita harus berbakti adalah sebagai berikut.

Adapun guru mempunyai banyak alasan mengapa kepada mereka kita harus berbakti. Dalam beberapa peradaban guru adalah pengganti orang tua dalam hal pendidikan. Karena tak ada orang tua, yang manapun yang sanggup memberi ilmu sebanyak guru. Hal itu karena ilmu setiap orang juga terbatas, sedangkan kalau berguru kita bisa menimba ilmu dari banyak orang.

Kang (yang) atuduh (memberi petunjuk) sampurnanning (sempurnanya) urip (hidup), tumekeng (sampai nanti) antaka (menjelang ajal). (Guru) yang memberi petunjuk sempurnanya hidup sampai menjelang ajal.

Guru adalah orang tempat kita menimba ilmu. Meski mungkin orang tua kita pintar guru tetap diperlukan karena orang tua kita takkan mampu mengajarkan banyak cabang ilmu dan ketrampilan. Dengan berguru kita mendapat ilmu untuk mencari penghidupan, bekerja, berkarya sehingga mandiri dan mampu hidup sempurna. Karena bekal ilmu yang didapat dari gurulah kita dapat hidup dalam masyarakat sebagai manusia yang utuh sampai akhir hayat.

Madhangken (memberi cahaya terang) pethenging (pada gelapnya) ati (hati). Membuat terang segala kegelapan hati.

Guru juga membekali kita dengan ilmu yang bermanfaat untuk mengatasi masalah yang menghadang dalam kehidupan. Karena ilmu yang mereka berikan kita dapat mencari pemecahan dari setiap masalah, sehingga hidup kita ke depan tidaklah gelap.

Anuduhaken (menunjukkan) marga (jalan) mulya (kemuliaan). Menunjukkan jalan kemuliaan.

Orang dapat mencapai kedudukan tinggi dalam masyarakat, menjadi orang yang berguna bagi sesama, mampu menebarkan kebaikan, mampu mencari solusi bagi problem peradaban, menemukan inovasi baru dalam teknologi, mampu memahami ilmu pengetahuan, dll. Semua itu karena jasa para guru-guru kita.

Wong (orang) duraka (durhaka) ing (kepada) guru (guru) abot (berat) sayekti (sungguh), milane (maka dari itu) den padha (harap semua), mintaa (mintalah) sih (kasih sayang) ywa (jangan) nganti (sampai), suda (berkurang) kang (yang) dadi (menjadi) sihira (sayang bagimu). Orang yang durhaka kepada guru sungguh sangat berat (kutukannya), oleh karena itu mengharaplah kasih sayang padanya (dengan berbakti), jangan sampi kasih sayangnya berkurang bagimu.

Itulah pentingnya peran guru dalam kehidupan kita.Restu mereka dan ridha mereka sangat menentukan perjalanan hidup kita kelak. Maka jangan sampai guru-guru kita kecewa dengan apa yang kita lakukan sehingga berkurang kasih sayangnya kepada kita.

Dari uraian tentang peran guru di atas, tak aneh kalau kepada mereka kita juga harus berbakti. Dalam kultur agama Islam peran guru lebih dominan lagi, bahkan hampir-hampir menyamai kedudukan orang tua. Hal itu berkenaan dengan nasab keilmuan yang mereka pertahankan turun-temurun sejak dari Kanjeng Nabi sampai kepada kita. Namun kali ini kita tidak akan membahas itu dulu. Keterangan yang kami sampaikan berkenaan dengan peran guru kami rasa sudah cukup.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/22/kajian-wulangreh-6971-bekti-mring-sadulur-lan-guru/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS