Minggu, 21 Juli 2024

Kajian Wulangreh (66:67): Bekti Mring Wong Tuwa

 

Pada (bait) ke-66 sampai 67, Pupuh ke-5 Maskumambang, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Pramila rama ibu den bekteni,
kinarya jalaran,
anane badan puniki,
kinawruhan padhang hawa.

Uripira pinter samubarang kardi,
saking ibu rama,
ing batin saking Hyang Widdhi,
milane wajib sinembah.

Tejemahan dalam bahasa Indonesia:

Oleh karena kepada ayah dan ibu kita harus berbakti,
karena menjadi perantara,
bagi adanya diri kita ini,
sehingga dapat mengetahui terangnya suasana dunia.

Hidupmu sekalian menjadi pandai dalam segala pekerjaan,
adalah (hasil) dari (asuhan) ibu dan ayah,
walau secara batin sejatinya dari Yang Maha Kuasa.
Maka dari itu wajib bagi kita untuk berbakti.

 

Kajian per kata:

Pramila (oleh karena itu) rama (ayah) ibu (ibu) den (di) bekteni (bakti), Kinarya (menjadi)  jalaran (perantara), anane (adanya) badan (diri) puniki (kita ini), kinawruhan (mengetahui) padhang (terangnya) hawa (suasana dunia). Oleh karena kepada ayah dan ibu kita harus berbakti karena menjadi perantara bagi adanya diri kita ini, sehingga dapat mengetahui terangnya suasana dunia.

Sesungguhnya Allah SWT apabila menciptakan sesuatu hanya bertitah “Kun”, maka jadilah, tetapi dalam penciptaan manusia Dia tidak semata-mata melakukan itu. Dia menciptakan manusia dalam rangkaian sebab dan akibat, sesuai hukum alam yang berlaku dalam dunia materi. Hukum-hukum itu juga Allah yang menciptakan, agar supaya keteraturan alam semesta ini dapat menjadi tanda-tanda bagi manusia dan menuntun manusia kepada jalan pulang masing-masing. Itulah yang disebut sunatullah.

Sunatullah dalam penciptaan manusia adalah manusia dilahirkan dari sepasang laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan. Meski Allah mampu mencipta dengan cara yang lain, tetapi hal itulah yang menjadi perintahNya kepada seluruh manusia di dunia. Setiap agama dan peradaban manusia sejak dahulu kala telah mengenal yang disebut pernikahan, dengan adat, cara dan syariat mereka masing-masing. Maka konsep ayah-ibu adalah konsep yang universal dalam hidup manusia.

Karena adanya konsep ayah-ibu itulah kemudian lahir konsep keluarga, ayah-ibu dan anak adalah anggota inti dari sebuah keluarga. Dalam keluarga itulah perawatan, pengasuhan dan pendidikan seorang anak manusia dimulai.

Bahkan kalau di jaman modern ini keputusan untuk kelahiran pun diambil dalam sebuah keluarga. Bayangkan jika suatu keluarga memilih untuk memakai alat kontrasepsi setelah mereka mempunyai anak ke-2. Jelas bahwa anak ke-3 dan seterusnya takkan lahir. Jadi peranan ayah-ibu sangat besar dalam menentukan kelahiran seorang anak manusia di dunia ini. Inilah yang menjadi dasar kita harus berbakti kepada mereka.

Uripira (hidupmu sekalian) pinter (menjadi pandai) samubarang (dalam segala) kardi (pekerjaan), saking (dari)  ibu (ibu) rama (dan ayah), ing (dalam) batin (batin) saking (dari) Hyang Widdhi (Yang Maha Kuasa), milane (oleh karena itu) wajib (wajib) sinembah (disembah). Hidupmu sekalian menjadi pandai dalam segala pekerjaan adalah (hasil) dari (asuhan) ibu dan ayah, walau secara batin sejatinya dari Yang Maha Kuasa. Maka dari itu wajib bagi kita untuk berbakti.

Tugas pokok yang dibebankan kepada ayah dan ibu dalam dunia manusia sangatlah berat. Mengandung, melahirkan, merawat, mengasuh dan mendidik adalah tahap-tahap yang sulit bagi kebanyakan manusia. mengandung sendiri membutuhkan stamina yang prima bagi seorang ibu, melahirkan apalagi, lebih membutuhkan persiapan mental dan ketahanan tubuh. Kita saksikan di jaman modern ini betapa banyak wanita yang tak sanggup atau kepayahan untuk dua hal itu saja.

Seteelah kelahiran orang tua masih harus merawat karena anak manusia sangatlah lemah, tak mampu berbuat apa-apa. Ini juga membutuhkan ketelitian, kecermatan, kehati-hatian yang ekstra. Di jaman modern ini sangat sering kita temui orang tua yang amat kepayahan melakukan itu semua, tak terbayangkan sulitnya merawat seorang bayi yang bari lahir.

Setelah agak besar kita harus mengasuh agar si anak mandiri, mampu melakukan pekerjaan dasar. Mengajari mereka makan sendiri, mandi sendiri, buang air sendiri, dan ketrampilan dasar lain tersebut juga membutuhkan kesabaran yang melimpah. Salah-salah jika tak sabar orang tua akan stress dan panik. Banyak kan orang tua yang tadinya kalem tiba-tiba berubah menjadi galak kaya asu manak. Itu semua karena emosi mereka terkuras dalam mengasuh anak.

Sebelum anak akil baligh wajib bagi orang tua untuk mendidik mereka. Memberi mereka ketrampilan hidup dan ilmu yang bermanfaat, mengajarkan akhlak yang mulia, memberi contoh keteladanan dengan sifat-sifat yang baik. Oh ya Allah,….itu semua sulitnya tak terkira. Jangan dikira memuinyai anak hanya soal engkau menumpahkan sperma dan jadilah manusia. Tidak! Yang demikian itu hanya  berlaku dalam dunia hewan. Jika engkau manusia kan kau tanggung 1000 kali lipat kesulitan. Itu semua menuntut tanggung jawab yang besar.

Oh ya, satu lagi kelahiran seorang anak juga menuntut pengorbanan kedua orang tua. Dan ini kadang lebih sulit ditanggung. Lebih-lebih di jamnan sekarang ketika ekspresi diri merupakan sebuah kebutuhan. Lihat bagaimana sebuah keluarga tega membatasi jumlah anak atau menunda punya anak hanya demi karir mereka. Lihat bagaimana seorang lelaki yang enggan membantu mengurus anak hanya demi nongkrong di gardu sambil main karambol bersama teman-temannya. Itu semua berat bro!

Masih banyak hal yang harus dilakukan orang tua untuk anak. Tapi beberapa contoh di atas rasanya sudah cukup bagi Anda sekalian untuk sadar tentang wajibnya kita berbakti kepada mereka. Kalau belum sadar juga, ya kebangeten.

Cukup sekian kajian kita kali ini. Ada salah dan kurangnya saya mohon maaf. Semoga bermanfaat.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/21/kajian-wulangreh-6667-bekti-mring-wong-tuwa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS