Minggu, 21 Juli 2024

Kajian Wulangreh (68): Bekti Mring Maratuwa

 Pada (bait) ke-68, Pupuh ke-5 Maskumambang, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Ya mulane maratuwa jalu estri,
pan wajib sinembah,
angsung kabungahan tuwin,
aweh rasa ingkang nyata.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Mengapa kedua mertua laki-laki dan perempuan,
Wajib kita beri bakti,
karena keduanya  memberi kebahagiaan dan,
memberi kenikmatan sejati.

 Kajian per kata:

Ya mulane (Latar belakang, alasan) maratuwa (mertua) jalu (laki-laki) estri (perempuan), pan wajib (wajib) sinembah (kita beri bakti), angsung (memberi) kabungahan (kebahagiaan) tuwin (dan), aweh (memberi) rasa (rasa) ingkang (yang) nyata (sejati). Mengapa mertua laki-laki dan perempuan, wajib kita beri bakti, karena keduanya memberi kebahagiaan, dan memberi kenikmatan sejati.

Secara kultural dalam kehidupan masyarakat di Jawa mertua adalah orang tua juga. Kalau di Jawa sebelum menikah ada acara yang disebut pasrah, yakni pernyataan dari orang tua pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengantin perempuan untuk menyerahkan pengantin laki-laki agar dinikahkan dan dididik menurut tatacara kehidupan yang dianut oleh orang tua pengantin perempuan.

Sebaliknya setelah menikah ada acara boyong pengantin karena menurut adat yang berlaku di Jawa pada umumnya setelah menikah seorang perempuan akan mengikuti suami, maka saat itu juga ada acara pasrah dari pihak pengantin perempuan kepada pihak pengantin laki-laki dengan pernyataan yang sama.

Adanya pernyataan saling pasrah tersebut membuat posisi antara orang tua dan mertua menjadi setara, kedua pihak sama-sama telah menjadi orang tua bagi sepasang suami-istri. Jadi dari satu kenyataan ini saja sudah cukup alasan bahwa mertua adalah orang yang wajib kita berikan bakti kita sepenuhnya.

Tetapi agar menjadi mantap dan terang marilah kita lihat kenyataan lain yang juga sangat perlu kita renungkan. Menikah bagi semua orang adalah sebuah peristiwa besar. Itu adalah moment ketika kita bertemu dengan pasangan kita, orang lain yang kemudian akan menjadi orang yang paling dekat dengan kita. Rasanya takkan ada selain suami dan istri yang hubungannya sedemikian dekat dengan kita.

Dalam sebuah rumah tangga seseorang akan mengalami banyak peristiwa luar biasa yang akan menimbulkan kebahagiaan. Dari segi fisik dan mental, raga dan jiwa, hubungan suami-istri akan membuat seseorang mengalami lompatan realitas (wujud) yang agung, setidaknya kita mencatat dua lompatan itu.

Pertama, hubungan suami-istri adalah sarana untuk melengkapi wujudiyah kita dari yang setengah manusia menjadi manusia yang utuh. Menurut filosof Ibnu Arabi, karya Tuhan Allah SWT tercermin dalam dua wujud yang parsial: feminitas dan maskulinitas, keduanya terbagi dalam tubuh perempuan dan laki-laki. Pernikahan membuat mereka menjadi satu tubuh, secara fisik ini diujudkan dalam ritual bersetubuh (maaf), dan secara batin akan menjadikan mereka berdua bersejiwa atau bersenyawa. Penyatuan mereka akan menjadi awal dari penyatuan yang parsial menuju yang universal, yakni sempurnanya manifestasi Tuhan dalam diri masing-masing individu. Ini hanya terjadi pada pernikahan yang ideal ketika pasangan suami-istri saling menemukan kedamaian dalam pernikahan mereka. Kalau pernikahannya kacau, gagal, realita yang begini ya nggak dapet lah bro!

Kedua, dari hubungan suami-istri kita mendapat peran prokreasi dengan melahirkan anak-anak. Suatu predikat yang akan mengangkat derajat kita menjadi wakil Tuhan di bumi. Dalam perawatan anak-anak ada manifestasi peran Tuhan sebagai pemelihara alam. Jelas ini bukan sekedar soal pahala dan ganjaran yang akan kita terima saja, melainkan soal peningkatan wujudiyah kita sebagai makhluk Allah Yang Maha Tinggi. Derajat wujud kita akan naik berlipat-lipat dari sekedar manusia biasa. Tetapi ini juga hanya akan terjadi jika kita beerhasil mendidik anak dengan benar. Kalau sebuah pernikahan hanya akan menghasilkan anak-anak nakal yang membuat kerusakan, realita yang begini ya nggak dapet lagi lah bro!

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/22/kajian-wulangreh-68-bekti-mring-mara-tuwa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KANCIL KANG PADHA MIRIS